Sniper Kelas Dunia dari Aceh Bikin Belanda Kalang Kabut
Penjajahan
Belanda di Aceh, menjadi pengalaman yang paling buruk bagi penjajah dari daratan
eropa tersebut, bagaimana tidak selain dibuat kalang kabut oleh para pejuang
Aceh, banyak pula korban yang berjatuhan dari pihak penjajah, sehingga
melahirkan Kherkoff Peucut atau pemakaman orang Belanda terbesar di dunia di luar negaranya.
Bukan
hanya pion Belanda saja yang tewas tertikam peluru dan persenjataan tradisional
orang Aceh, namun beberapa Jenderal besar Belanda juga harus merenggang nyawa
di tangan pejuang Aceh saat itu.
Jenderal
Kohler salah satunya, seorang jenderal yang memimpin agresi pertama Belanda ke
Aceh pada tahun 1873, awalnya Kohler bersama 5000 pasukannya berhasil
melumpuhkan armada laut kerajaan Aceh di Ulee Lheu, sehingga mereka berhasil
masuk ke jantung kota Koeta Radja (Banda Aceh, saat ini ).
Belum
sampai sebulan di Koeta Radja, Kohler harus merenggang nyawa dan tewas di
tangan seorang sniper Aceh yang sampai saat ini masih tersimpan identitasnya.
Meskipun,
beberapa sumber menyebutkan bahwa sniper tersebut adalah anak Teungku Chiek
Imum Lueng Bata.
Pada
suatu hari, masih dalam tahun yang sama saat Kohler pertama kali mendarat di
Aceh, pagi yang cerah saat Kohler sedang menyiapkan pasukannya, dari kejauhan
seorang anak Aceh sedang mengawasinya, diperkirakan jarak anak itu sekitar 100
meter dari Kohler, dengan berbekal sebuah senjata di tangan, anak itu tak
bergeming, dia tak bergerak sedikit pun, laras senjata itu sejak tadi sudah
diarahkan ke arah sang jenderal, tak lama menunggu, ketika waktu yang tepat
tiba-tiba senjatan itu meledak dan memuntahkan sebutir peluru dari moncongnya.
Dari
kejauhan sang jenderal berteriak dengan bahasanya “Oh God ik ben getroffen”,
mendengar teriakan sang jenderal, beberapa pasukan langsung berlarian kalang
kabut ke arahnya,sang jenderal langsung digopoh, saat itu diketahui bahwa sang
jenderal telah merenggang nyawa, peluru sang pejuang tepat mengenai dada sang
jenderal yang tengah asik memainkan teropongnya.
Tepatnya
di bawah sebatang pohon sang jenderal mati terkapar, sejak saat itu pohon itu
dinamakan pohon Kohler.
Berita
kematian Kohler berhembus hingga daratan eropa, media-media banyak yang
berspekulasi tentang siapa sebenarnya sosok sniper yang menembak Kohler dari
jarak jauh hingga tersungkur ke tanah, namun belum ditemukan berita tentang
siapa sebenarnya sniper tersebut.
Hingga
suatu hari, jauh hari setelah kematian Kohler, ratusan tahun setelah
kematiannya, dikabarkan bahwa sang sniper adalah Teuku Nyak Radja, anak
kandungnya Teungku Chiek Lueng Bata, Teuku Nyak Radja saat itu adalah seorang
Uleebalang kemukiman Lueng Bata.
Berita
tersebut tidak dapat dipungkiri kebenarannya, karena bagaimana pun juga, benar
atau tidaknya kita tidak tahu, yang jelas yang menembak Kohler adalah seorang
yang punya mental dan keterampilan menembak yang layak ditempatkan pada kelas
sniper terhebat di dunia.
Bayangkan,
di tengah tahun yang belum begitu canggih seperti sekarang, namun saat itu Aceh
sudah memiliki seorang sniper yang punya nyali dan keterampilan menembak yang
begitu memukau, cukup dengan satu kali tembak sang jenderal penjajah harus
meronta hingga merenggang nyawa.
Tidak ada komentar: