Penebangaan Pohon Kohler Menuai Kontroversi
Aceh adalah negeri kaya
yang akan sejarah, berbagai gejolak sudah Aceh lalui dari masa ke masa, dari
sejak kerajaan Aceh Darussalam dengan kegemilangannya, kekuasaan yang begitu
luas hingga semenanjung Malaysia, berbagai pergejolakan sudah biasa dihadapi, Belanda,
Jepang tak mampu berkuasa, bukti heroik bangsa Aceh ratusan tahun silam. Banyak
darah yang tumpah di Aceh baik syuhada, maupun darah kafir laknat penjajah,
hingga major Jenderal Belanda juga mati di Aceh, terkena peluru pejuang. Saksi
kematiannnya sudah banyak yang berguguran, hanya tinggal sebatang pohon menjadi
saksi bisu kematiannya.
Pohon itu dinamakan pohon Kohler, karena major
Jenderal yang mati itu namanya Kohler, tepat dihadapannya. Tapi sayang beribu
sayang, kini pohon itu juga sudah menghadapi ajalnya karena ditebang pekerja
proyek perluasan mesjid, letaknya tepat didalam pekarangan Mesjid Raya
Baiturrahman, berbagai kontroversi muncul, ada yang pro dan yang kontra,
sebagaian berkata” untuk perluasan mesjid ya tidak apa-apa”. Namun sebagian
orang yang peduli akan sejarah menolak hal itu, karena telah menghilangkan
situs sejarah heroik bangsa Aceh saat melawan penjajah Belanda. Mereka tidak
menolak perluasan mesjid, namun bukti sejarah harus tetap dijaga sebagai
inspirasi dan bukti rakyat Aceh dalam melawan Belanda, bahkan menjadi daya
tarik bagi pengunjung Mesjid Raya Baiturrahman
Bahkan, prasasti yang
menjelaskan bahwa seorang major jenderal Belanda telah mati ditembak pejuang
juga hilang, yang kita khawatirkan adalah anak-anak Aceh kedepannya tidak
percaya lagi, kalau bangsanya dulu begitu heroik melawan penjajah karena
buktinya sudah hilang,ini yang dikhawatirkan. Bak membuang sesuatu yang sudah
dibeli
Yang sudah terjadi
tidak bisa terulang kembali, pohon yang sudah ditebang tak mungkin ditanam
kembali, menajdi pelajaran yang sangat berharga bagi kita, bukti sejarah harus
dijaga, agar anak-anak kita nantinya tahu akan kebesaran kita beberapa ratus
tahun silam. Kalau bukan kita yang sadar dan peduli dengan sejarah siapa lagi?,
jangan sampai kita harus belajar sejarah kita sendiri kepada orang lain.
Haruslah sejarah Aceh, kita yang terlebih menguasainya.
Sampai ada yang mendesak
supaya pohon Geulumpang itu ditanam
kembali, satu pemikiran yang sangat brilian ditengah kekisruhan, meski pohon
yang ditanam nantinya bukan saksi sejarah kematian Kohler, tapi setidaknya neneknya
dahulu adalah saksinya, hentikan kekisruhan, sebaiknya kita sadar dengan
kesalahan kita, dan tahu kalau ini adalah kenyataan, “yang sudah terjadi tak
mungkin terulang kembali”( wallahu a’lam)
Wildan
El Fadhil
Banda Aceh, 5 Desember 2015
Tidak ada komentar: